Rabu, 03 Oktober 2012

Bagimana Pendidikan Indonesia 20 tahun yang akan datang?


beberapa hari yang lalu saya sempat mendapatkan sebuah pertanyaan tentang pendidikan yang ada di Indonesia dari guru bahasa Inggris saya. pertanyaannya adalah,’ apa yang kamu ketahui tentang pendidikan Indonesia? dan apa yang kamu bayangkan 20 tahun lagi tentang pendidikan Indonesia?’

sebelum saya berkicau panjang lebar tentang pendidikan, mari kita telaah dulu tentang pendidikan itu sendiri. dari buku yang sedang saya baca karya Ki Hadjar Dewantara,
pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak
perlu ditegaskan bahwa pendidikan hanya memiliki hak untuk menuntun hidup seseorang anak, seharusnya tidak lebih, bahkan tidak boleh mendorong seorang anak menjadi sesuatu yang mereka tidak inginkan.

dari sini, saya dapat merasakan bahwa makna pendidikan sendiri telah bergeser dari arti harfiahnya. saat mendapatkan pendidikan kita bukan dituntun tapi di arahkan untuk menjadi sesuatu. saya tidak boleh ini, tidak boleh itu, saya salah, saya benar, semuanya diarahkan, hingga saya merasa menjadi seperti robot. inikah pendidikan yang seharusnya saya dapatkan? dari sini, saya mencoba menjawab pertanyaan dari guru bahasa inggris saya. yang saya ketahui tentang pendidikan Indonesia adalah, sistem pendidikan Indonesia membuat anak-anak Indonesia menjadi robot-robot, menjadi manusia tanpa hasrat, tak punya kemauan untuk melakukan yang dia inginkan. padahal nyatanya dalam UU Sisdiknas, sudah tertera pasal-pasal yang jika terimplementasikan dengan baik, kata seorang teman, Indonesia akan menjadi negara dengan sumber daya manusia terbaik. seperti bunyi pasal 3 UU Sisdiknas dibawah ini,

bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3)
pak Anies Baswedan-pun bernah berkata bahwa manusia terdidik, tercerahkan dan berintegritas adalah asset utama Republik Indonesia. masa depan dibangun dengan mencerdaskan manusianya. jika pendidikan Indonesia berhasil mendidik manusia-manusia Indonesia menjadi SDM yang berkualitas, Indonesia pasti mengalahkan Jepang. sayangnya sampai saat ini, permasalahan pendidikan Indonesia tidak sekedar di implementasinya UU Sisdiknas di dunia pendidikan, tapi juga penyebaran guru-guru yang berkualitas yang sadar tentang pendidikan yang baik itu seperti apa juga tidak merata.

pernah saya mendengar suatu kenyataan, ada seorang aktivis pendidikan, saya lupa siapa namanya, berbicara di pemutara Film Tan Malaka dalam pemikirannya tentang pendidikan, bahwa saat ini penyebaran guru-guru baik itu tidak sampai di seluruh Indonesia, akibatnya sekolah berlabel unggulan mendapatkan guru-guru dan fasilitas yang baik pula tentunya, sedangkan sekolah yang biasa-biasa saja akan mendapatkan guru-guru yang biasa saja, dan sekolah berlabel ‘kurang’ juga akan mendapatkan guru yang tidak sebaik guru di sekolah unggulannya. akibatnya, anak-anak yang mampu masuk sekolah unggulan dengan tingkat IQ yang tinggi akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang hanya mampu bersekolah di tempat biasa.

harusnya pendidikan Indonesia bisa jadi solusi atas tantangan-tantangan di negara ini, pendidikan juga lah yang menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, pendidikan juga yang mengkader manusia-manusia Indonesia, sehingga memiliki karakter. sayangnya lagi, pendidikan, baik sistem maupun pelengkapnya masih belum berhasil membuat ini menjadi nyata. sekolah sebagai wadah penyampaian pendidikan, belum berhasil membuat pendidikan menjadi pendidikan sesungguhnya, sekolah membatasi ruang gerak-ruang gerak anak-anak Indonesia, membenarkan yang salah, dan menyalahkan yang benar, anak-anak tidak dibiarkan menggunakan imajinasinya.

tapi jangan lupa masalah pendidikan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah sebagai organisasi yang mengatur segalanya di negara ini, rakyat sebagai bagian dari negara ini juga memiliki porsi untuk membantu keberjalanan sistem pendidikan yang ideal, mulai dari keluarga, lebih dulu, lingkungan sekitar, baru porsi sekolah. bahkan pendidikan paling melekat kepada seseorang anak itu adalah pendidikan dalam keluarganya, baru kemudian sekolah dan lingkungannya. seperti kata Pak Anies (lagi), education starts from home. be a prepared parent. negara ini juga memiliki janji kemerdekaan tentang pendidikan yang tercantum pada
UUD 1945, yaitu salah satunya ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’.

maka mulai dari detik ini juga, marilah masing-masing dari diri kita menyadarkan bahwa kita memiliki peranan penting dari keberjalanan pendidikan di Indonesia, karena tiap-tiap dari kita memiliki tanggung jawab, minimal dari ‘rumah’ kita masing-masing, kemudian baru lingkungan sekitar.

 semoga pendidikan Indonesia ke depannya lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya, sehingga menghasilkan orang-orang terdidika yang mampu memimpin negara ini ke arah yang lebih baik. amin!

Good News: Alokasi dana BOS naik lima kali lipat!


Jakarta (ANTARA News) - Alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun 2012 meningkat lima kali lipat dibandingkan alokasi tahun 2005, kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan H Musliar Kasim. 

Saat berbicara dalam dialog "BOS Untuk Generasi Emas Indonesia" di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, Jumat, Musliar menyebutkan alokasi dana BOS tahun 2012 naik menjadi Rp27,6 triliun atau 9,5 persen dari total pengeluaran pendidikan yang sebesar Rp290 triliun.


"Tidak hanya naik jika dibandingkan alokasi tahun 2005 yang sebesar Rp5 triliun, namun pemerintah juga mengubah pola penyaluran dengan sistem hibah," katanya.

Musliar menjelaskan pula bahwa sistem hibah menjamin penyaluran dana BOS berjalan cepat dan tepat sasaran karena pemerintah pusat langsung menyalurkannya kepada pemerintah provinsi.

"Sistem hibah kepada pemerintah provinsi membuat lebih mudah karena mereka lebih mengetahui sistem administrasi di daerahnya," kata dia.

Menurut dia, pemerintah menerapkan sistem itu karena sistem transfer kepada pemerintah kabupaten/kota dalam penyaluran dana BOS tahun 2011 justru membuat penyaluran dana terhambat. 

Saat sistem transfer dana ke pemerintah kabupaten/kota diterapkan, dana BOS belum tersalur sampai bulan ketiga tahun anggaran.

"Penyaluran BOS pada 2011 terlambat karena dana masuk dulu ke APBD kabupaten/kota dan kesulitan-kesulitan administrasi," katanya.

Pentingnya Pendidikan!


Oleh: Alfikri Fauzi

            Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara denganeducare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti pengolahan, mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak  sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.

Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas.

            Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.
            Dan kalau kita kaitkan antara definisi pendidikan dan kebutuhan, maka dapat kita ambil beberapa catatan penting tentang hal tersebut:
1.    1.  Pendidikan itu merupakan kebutuhan utama manusia selain makanan dan pakaian, karena manusia itu merupakan makhluk yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu berpikir bagaimana kehidupannya bisa maju dari hari-hari sebelumnya.Ketika kita masih kecil, pendidikan yang kita dapatkan dari orangtua kita sangat berpengaruh pada pola pikir kita, dan orangtua kita meyakini bahwa pendidikan merupakan kebutuhan utama kita yakni mereka menyuruh kita untuk berlatih berjalan,berbicara, naik sepeda,belajar mengaji Al-Qur’an di Mushola.Dan orangtua kita akan selalu memotivasi dan membantu kita untuk selalu melanjutkan sekolah kita dari tingkat SD hingga Perguruan tinggi.
2.    2.  Pendidikan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan bangsa indonesia akan sumberdaya manusia yang bagus. Sumberdaya manusia di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara lain kita sangat jauh berbeda.Kita masih ketinggalan dengan negara-negara lain. Oleh karena salah satu alternatif efektif untuk menciptakan sumbedaya manusia yang baik yakni lewat pendidikan. Hasan Al Banna pernah berkata:”Pendidikan bukanlah segala-galanya,tetapi segala-galanya berawal dari pendidikan”. Luar biasa, dari kata-kata tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa kalau bangsa ini mau maju, maka pemenuhan kebutuhan pendidikan merupakan kunci utamanya. Kila lihat bangsa jepang, bisa maju sekarang karena sumberdaya manusia mereka sangat bagus, dan pemerintah mereka sangat fokus dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan sumberdaya manusia yang dimilikinya.
3.    3.  Pendidikan harus menjadi Hak Azasi Manusia yang harus diperjuangkan oleh Individunya sendiri, karena HAM merupakan hak azasi yang melekat pada individu kita, maka kita harus mempeejuangkan hak kita dengan jalan yakni bersungguh-sungguh dalam menunntut ilmu dan tidak menyerah dengan keadaan kita yang sekarang, karena kita harus mempunyai prinsip dalam hidup ini yakni “Hari ini lebih harus lebih baik daripada hari kemaren”.
4.     4. Kebutuhan akan pendidikan akan semakin meningkat jika kita tinggal di lingkungan yang memiliki kebudayaan yang tinggi,karena dengan kebudayaan yang tinggi, kita bisa memacu semangat keinginantahuan kita akan sebuah kebudayaan tersebut.Pada abad 21 ini, kebudayaan manusia semakin tinggi, sehinnga keingintahuan manusia pun mnejadi tinggi. Proses keingintahuan tersebut tentu akan dibarengi dengan pendidikan yang memadai. Budaya manusia yang tinggi seperti Teknologi yang semakin canggih,Buku-Buku yang semakin banyak jumlahnya, serta penelitian-penelitian tentang ilmu pengetahuan yang semakin menjamur membuat umat manusia semakin butuh dengan pendidikan, karena dengan pendidikan itu mereka bisa menguasai kebudayaan tersebut.
5.  5.  Pendidikan akan menjadi kebutuhan manusia, jika manusia itu sendiri menyadari bahwa pendidikan itu bisa mengubah dirinya dari manusia biasa menjadi luarbiasa.Motivasi yang paling baik dalam hidup ini adalah dalam diri kita sendiri. Karena yang mampu merubah diri kita adalah diri kita sendiri.Dan kalau kita lihat orang-orang sukses di dunia ini adalah orang-orang yang peduli akan pendidikannya. Kita lihat Barack Obama, dia bisa menjadi Presiden Amerika Serikat, karena dia fokus dalam mengembangkan kemampuannya lewat kuliah(Pendidikan) di Harvard University bidang hukum.Oleh karena itu, kita harus menyadari pendidikan adalah kunci suskes kita agar bahagia hidup di dunia dan akhirat.(hindari menggunakan poin untuk menjelaskan rincian, cukup dimasukan ke dalam paragraf)
Dari Lima catatan penting tadi dapat kita ambil kesimpulan, bahwa setiap manusia yang ada di dunia ini membutuhkan pendidikan, tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa maju dan berkembang, tanpa pendidikan manusia tidak bisa menaikkan taraf kehidupannya,tanpa pendidikan manusia tidak bisa memiliki kebudayaan yang tinggi dan pendidikan merupakan faktor kunci kemajuan suatu bangsa. Dan kata-kata terakhir saya di artilkel ini: “ Kebutuhan akan pendidikan itu sepanjang hayat kita,selama nafas masih ada kita harus selalu menuntut ilmu dan memperluas cakrawala pendidikan kita, kalau bisa kita targetkan bahwa kita harus fokus dengan pendidika kita.” Salam Perubahan untuk pendidikan indonesia yang lebih baik.

MESKI SUDAH JADI JUTAWAN TETAP ANTAR KORAN





Meski telah sukses di sela-sela kegiatannya sebagai loper koran, pria pemalu dan pendiam ini berjuang keras ikut kuis Who Wants To Be A Millionaire. Usahanya tak sia-sia. Melalui kerja keras, ia berhasil memenangkan hadiah Rp 500 juta. 

Hari masih gelap. Waktu menunjukkan pukul 02.30 dinihari. Di saat banyak warga masih tidur, Agus Misyadi (23) sudah mulai bekerja. Sambil menahan kantuk, ia meninggalkan rumahnya di Kampung Kranggan Lembur, Kelurahan Jatirangga, Jatisampurna, Bekasi. Ia mendayung sepeda menuju kios koran Bajata Agency, milik kakaknya Suratman (26) alias Bagong di Ruko Kranggan Permai, Bekasi. 

Agus mengambil puluhan eksemplar koran. Lalu, anak keempat dari lima bersaudara pasangan Umar dan Inah ini, kembali mengayuh sepedanya. Kali ini, ia menuju perumahan mewah di kawasan Cibubur, mengantarkan koran kepada pelanggannya. Jam 07.00, Agus sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia pun pulang ke rumah. Begitulah aktivitas Agus sebagai loper koran, pekerjaan yang sudah ia lakoni selama tiga tahun. 

"Jenuh juga jadi loper koran, tapi mau kerja apa lagi? Usai mengantar koran, saya enggak ada kerjaan lagi. Dari jam 8 pagi sampai malam saya sendirian saja di rumah, dengar radio, baca koran," tutur Agus Misyadi. 

Awal menjadi loper, Agus memanfaatkan waktu luang untuk menulis lamaran pekerjaan ke seantero Jakarta. Antara lain perusahaan perkebunan di kawasan Ragunan, perusahaan pelayaran di Jalan Sudirman, dan puluhan instansi lainnya. "Saya memang pernah mendapat balasan. Namun, saya disuruh datang jam 07.00. Wah, enggak mungkin bisa, karena jam segitu saya masih mengantar koran." 

Kegagalan demi kegagalan membuat Agus putus asa. Ia tak mau lagi menggantungkan kerja pada sebuah kantor. "Sejak itu, saya bertekad untuk berusaha sendiri," kata Agus yang sebelum menjadi loper koran pernah bekerja menjadi pramuniaga di Indomart Cilegon dengan gaji Rp 600 ribu per bulan. "Tapi, gaji sering tidak utuh karena saya harus mengganti dagangan yang hilang atau rusak. Lalu, saya menerima ajakan Mas Bagong menjadi loper koran." 

MULAI IKUT KUIS 
Bagong membekali Agus sebuah ponsel, maksudnya agar lebih mudah menghubungi adiknya itu. Sejak memiliki ponsel, Agus ingin mewujudkan impiannya ikut kuis Who Wants To Be A Millionaire (WWTBAM). "Sejak lama saya ingin ikut WWTBAM karena ingin dapat hadiah Rp 1 Miliar," ujar Agus yang ingin berusaha di bidang waralaba sehingga tidak perlu menjadi loper koran lagi. 

  Sebagai langkah awal tamatan STM di Muntilan (Jateng) ini membeli kartu ponsel perdana sebagai persyaratan untuk ikut kuis. Dengan ponsel pinjaman itu, sejak Juni 2003 secara rutin Agus menghubungi operator acara WWTBAM RCTI ke premium call, nomor 0809123888. Usaha Agus tidak sia-sia. 

"Setiap menghubungi premium call tadi, saya diberi pertanyaan. Kalau bisa menjawab, saya mendapat poin, sebaliknya kalau salah enggak dapat poin. Saya sempat gagal beberapa kali, namun tidak putus asa. Saya tetap mencoba karena yakin bisa jadi peserta kuis. Apalagi pada akhir pembicaraan premium call selalu diikuti pesan agar menghubungi kembali untuk memperbesar kemungkinan dipanggil," jelas Agus. 

Agus tetap semangat menghubungi premium call sesering mungkin. "Inginnya, sih, menghubungi premium call saban hari atau minimal saban minggu, tetapi uang saya terbatas. Saya, kan, hanya sanggup membeli pulsa sekali sebulan, setelah mendapat upah sebagai loper koran dari kakak saya," jelas Agus yang membeli pulsa hanya untuk menghubungi premium call. "Setiap telepon, pulsa bisa habis sampai Rp 25 ribu," ujar Agus sambil menunduk. 

Setiap menghubungi, operator kuis meminta Agus menjawab lima pertanyaan. Misalnya, urutan langkah-langkah membuat baju atau penyanyi Malaysia yang dikenal di Indonesia. "Masih banyak pertanyaan lain, yang kadang-kadang tidak bisa saya jawab dengan benar," cerita Agus. 

Tanpa terasa sudah lebih setahun lamanya Agus menghubungi operator WWTBAM. Sampai akhirnya Selasa 26 Desember 2004, Agus dinyatakan sebagai peserta. Selanjutnya, Agus diminta datang ke studio RCTI, Rabu (27/12) dengan membawa materai dan pasfoto. "Saya diminta mengisi biodata dan diajak mengunjungi studio kuis WWTBAM, termasuk diajari cara mengikuti kuis."


Good News: Rp 15,8 Triliun untuk Renovasi Sekolah Rusak

JAKARTA – Banyaknya sekolah rusak di penjuru tanah air menjadi perhatian pemerintah. Program renovasi pun disusun. Tahun ini, pemerintah menganggarkan Rp 15,8 triliun untuk perbaikan sekolah rusak.
Perbaikan sarana sekolah ini menjadi agenda utama rapat Komite Pendidikan yang digelar di Kantor Wakil Presiden kemarin (14/2). Rapat ini adalah kelanjutan rapat dengan agenda yang sama pada September 2011. “Sekarang saya ingin mengecek pelaksanaannya, apakah program ini tepat sasaran, baik dalam hal penggunaan dana maupun pemilihan sekolah yang mendapat perbaikan,” ujar Wapres Boediono.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengungkapkan, untuk tahun anggaran 2011, Pemerintah Pusat merehabilitasi 21.500 ruangan kelas yang rusak berat. Terdiri atas 18 ribu ruang Sekolah Dasar (SD) dan 3.500 ruang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Total anggarannya Rp 1,597 triliun.
Dari rencana rehabilitasi ruang SD dan SMP tersebut, yang sudah selesai 100 persen tercatat 32,5 persen alias 1.167 sekolah. “Rehabilitasi ruang kelas SD dan SMP yang masuk tahun anggaran 2011 diharapkan selesai seluruhnya pada akhir Maret 2012,” lanjutnya.

Nah, untuk tahun anggaran 2012, pemerintah akan merehabilitasi 173.344 ruang kelas. Terdiri atas 132.317 ruang SD dan 41.027 ruang SMP. Total anggarannya Rp 15,822 triliun. “Dari total anggaran ini, Rp 7,8 triliun di antaranya berasal dari APBN 2012 dan sisanya Rp 8 triliun berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK),” kata Nuh.
Persiapan untuk melaksanakan rehabilitasi ini sedang berjalan. Kegiatan fisik akan dimulai Juli dan direncanakan tuntas pada Oktober 2012. “Dana untuk 2012 sudah tersedia dan siap dikirim. Rehabilitasi akan dilakukan dengan sistem swa-kelola oleh masing-masing sekolah. Monitoring dilakukan melalui sistem online dan layanan pesan singkat telefon genggam,” tuturnya.

Setiap sekolah juga telah memiliki identitas koordinat sehingga bisa dicek langsung melalui foto satelit. Fokus rehabilitasi diberikan pada gedung SD dan SMP mengingat program wajib belajar nasional sembilan tahun. Kemendikbud juga membentuk tim pendampingan untuk membantu sekolah yang menerima alokasi dana rehabilitasi. “Tim ini bertugas memberikan pendampingan teknis maupun administratif untuk pelaksanaan rehabilitasi itu,” sambungnya.
Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono meminta Mendikbud terus memonitor secara lebih terperinci pelaksanaan? rehabilitasi ini. Terutama, dalam hal spesifikasi dan kualitas gedung agar hasil rehabilitasi ini tidak cepat rusak,”Dalam hal ini saya sangat mengapresiasi kemajuan pelaksanaan rehabilitasi ruang sekolah,” tandasnya.

Tapi menurut pemantauan di lapangan, lanjut Agung, masih banyak ruang yang tertolong rusak sedang dan belum mendapat giliran rehabilitas. “Rehabilitasi ruang yang rusak sedang harus mulai kita rencanakan, sebelum yang rusak sedang menjadi semakin rusak dan akhirnya masuk kategori rusak berat,” kata Agung.
Sedangkan Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4),Kuntoro Mangkubroto menyampaikan apresiasi karena Kemendikbud sudah berhasil memantau secara terperinci ruang kelas yang rusak berat. Pemantauan ini mencakup data yang sangat detail, termasuk koordinat dan laporan visual. “Sebagai alat analisis, UKP4 berharap seluruh data bisa disalurkan ke ruang monitor di pusat data di Bina Graha sehingga bisa langsung dilihat Presiden maupun Wakil Presiden,” jelasnya



Antara Guru SD saya dan Neil Armstrong


by Akhyari Hananto
Beberapa hari yang lalu adalah hari berkabung bagi rakyat Amerika Serikat, salah satu pahlawan luar angkasanya, yang mereka sebut Space Legend, Neil Amstrong, meninggal dunia dalam usia 82 tahun. Saya mencoba mengingat-ingat kembali pendaratan pertama manusia di permukaan bulan pada 20 Juli 1969 oleh pesawat luar angkasa Apollo 11 yang dikendarai Neil Amstrong, Edwin Buzz Aldrin, dan Michael Collins. Waktu saya SD dulu (akhir 80-an), guru IPS saya mewanti-wanti untuk mengingat nama ketiganya, dan juga nama pesawat yang dipakai berangkat dan mendarat di bulan (meski yang sering keluar dalam ujian adalah tanggal mereka mendarat). 
Pak Yadi, guru SD saya tersebut selalu mengatakan bahwa meski dia mungkin tidak akan melihat orang Indonesia mendaratkan kaki di bulan semasa hidupnya kelak, paling tidak anak didiknya bisa menyaksikan Indonesia berkiprah di luar angkasa, atau bahkan menjadi pelaku pendaratan tersebut. “Kalau Amerika bisa, Indonesia pasti bisa. Wong orang-orang Amerika juga minum air seperti kita, bukan minum bensin” adalah salah satu perkataannya yang selalu saya ingat.


Perlu diingat, bahwa awalnya Amerika tertinggal dari Uni Sovyet (musuh besarnya di era Perang Dingin) dalam hal eksplorasi luar angkasa. Pada 4 Oktober 1957, atau 12 tahun sebelum diluncurkannya Apollo 11, Uni Sovyet sudah meluncurkan satelit luar angkasa pertamanya, Sputnik-1, yang peluncurannya sangat mengagetkan, terutama bagi Amerika Serikat, yang merasa bahwa Uni Sovyet sudah selangkah lebih maju dibanding mereka dalam space race, atau perlombaan menguasai luar angkasa. Presiden AS waktu itu Dwight D. Eisenhower bahkan menyebut keberhasilan peluncuran tersebut sebagai Sputnik Crisis, dan dengan segera membentuk National Aeronautics and Space Act (NASA) pada Juli 1958.
Pak Yadi juga bercerita bahwa Amerika Serikat makin ‘tersengat’ ketika pada 12 April 1961, Uni Sovyet berhasil meluncurkan manusia pertama ke luar angkasa melalui pesawat Vostok-1, yang membawa Yuri Gagarin di dalamnya. Begitu besarnya pengaruh ‘prestasi’ tersebut, hingga bahkan di Indonesia masa itu banyak yang menamakan bayi-bayi yang baru lahir dengan nama ‘Gagarina’. Wallahua’lam.
Keinginan kuat dari seluruh bangsa untuk mengejar ketertinggalan tersebut, membuat seluruh bangsa bergerak, mulai dari president, para menteri, anggota kongres, scientist, jurnalis, politisi, kampus-kampus, hingga rakyat biasa. Yang paling diingat orang adalah pidato John F. Kennedy pada 12 September 1962, sebuah pidato monumental berjudul “Why we choose to go to the moon” yang menegaskan keinginan Amerika untuk memenangi penjelajahan angkasa, yg terucap rencana pendaratan manusia di permukaan bulan:
We choose to go to the moon. We choose to go to the moon in this decade and do the other things, not because they are easy, but because they are hard, because that goal will serve to organize and measure the best of our energies and skills, because that challenge is one that we are willing to accept, one we are unwilling to postpone, and one which we intend to win, and the others, too.”
(Kita memilih untuk pergi ke bulan. Kita memilih untuk pergi ke bulan pada dekade ini, bukan karena melakukannya adalah mudah, tetapi justru karena sulit, karena cita-cita tersebut akan berguna untuk mengatur dan mengukur energi dan keterampilan terbaik yang kita miliki, karena tantangan itu adalah salah satu yang kita bersedia menerimanya, satu yang tidak akan kita tunda, dan satu yang ingin kita menangi”).
Guru SD saya , pak Yadi sangat sering menggunakan kalimat Kennedy yang ini “Kita memilih untuk pergi ke bulan pada dekade ini, bukan karena melakukannya adalah mudah, tetapi justru karena sulit”. Dan Neil Amstrong beserta 2 astronot lain, NASA, dan para ilmuwan Amerika Serikat sukses membawa anak bangsa Amerika pergi ke bulan, dan mimpi Kennedy, mimpi bangsa, tercapai. Dan waktunya pun sesuai dengan waktu yang ditargetkan Kennedy, menjelang akhir dekade 60-an.
Beberapa hari yang lalu saya diprotes melalui twitter, karena nge-tweet bahwa Indonesia akan masuk dalam 7 besar negara dengan PDB terbesar di dunia (saat ini nomor 16). Respon yang paling banyak saya terima adalah saya kebanyakan mimpi dan tidak melihat realitas. Bahkan ada yang bilang bahwa Indonesia tidak mempunyai sumber daya manusia yang memadai, pemerintah yang lemah, kebijakan yang lemah, dan sedang menuju menjadi negara gagal, dan makin turun kelas.
Memahami betapa mulai lunturnya kepercayaan diri orang-orang saat ini, membuat saya mengingat kembali penggalan pidato Kennedy yang selalu digaung-gaungkan oleh guru SD dulu. Menggapai kejayaan, kemakmuran bagi seluruh bangsa, menjadi bangsa yang dihormati dunia, tentu bukan hal mudah, justru karena hal tersebut sulit dicapai, kita seyogianya merasa tertantang. Karena melakukan sesuatu yang sulit akan ‘memaksa’ kita menguras dan menggunakan seluruh kemampuan, skill, inovasi, networking, negosiasi, dan berbagai macam hal lain, dan bergerak ke depan bersama-sama sekuat tenaga, dan percaya diri, bahwa kita mampu. Tanpa keyakinan dan kepercayaan diri seperti itu, bisa jadi memang tweet saya tidak pernah tercapai.

Good News: 2013, SNMPTN Tertulis Akan Ditiadakan Bagi Lulusan SMA


Baru baru ini Kementerian pendidikan dan kebudayaan ( kemendikbud ) Indonesia mengungumkan sebuah kabar yang cukup menghebohkan, yakni rencana kemendikbud untuk meniadakan ujian tulis untuk seleksi masuk perguruan tinggi negeri ( snmptn ) di tahun 2013 yang akan datang.
Menurut staf pakar media kemendikbud sukemi,  kepastian diberlakukannya tersebut memang benar adanya tentang kabar itu.
Adapun alasan dibalik penghapusan tradisi sejak dahulu kal itu adalahuntuk mengurangi beban siswa yang baru lulus SMA.
“sesudah kita evaluasi, tugas studi siswa kita amat berat. ujian semester studi, ujian nasional ( unas ) studi, masak snmptn studi lagi” ungkap sukemi.

Dengan Hasil studi di jenjang sma nantinya bisa dijadikan tiket buat mendaftar di tiap-tiap ptn. semua siswa berkesempatan mendaftar ke tiap-tiap ptn yang diimpikannya. pasti akan dipandang nilai dan kelayakan mereka di ptn tersebut.
Karena tidak ada ujian tulis, sukemi menegaskan bahwa masuk ptn besok cuma didasarkan pada hasil nilai sekolah dan nilai unas. keduanya akan jadikan patokan utama memutuskan siswa diterima tidaknya di ptn.
bagaimana dengan keadaan dan tingkat kejujuran nilai sekolah dan unas yang kadang diragukan. sukemi meremehkan pertimbangan ini. walau diakui bahwa ada kesempatan sekolah mengatrol nilai rapor atau kerjakan unas lewat cara tidak jujur.
Pertimbangan lain juga lebih efisien dan siswa tidak semakin dibebani studi buat ujian masuk ptn. ketentuan meniadakan ujian tulis snmptn itu telah diputuskan berbarengan seluruh rektor ptn di seluruh indonesia.

Selasa, 02 Oktober 2012

Filosofi Pendidikan Indonesia


Tulisan ini memang saya maksudkan sebagai bahan perenungan buat saya pribadi mengenai makna pendidikan. Menurut saya, sudah sepantasnyalah para insan pendidikan (guru, dosen, pelatih, dan sebagainya) selalu merenungi makna profesinya sebagai pendidik dan juga hakekat atau filosofi pendidikan itu sendiri.
Dari berbagai sumber bacaan, saya mencatat bahwa tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara, pendiri perguruan Taman Siswa pernah mengungkapkan jauh sebelum Indonesia merdeka bahwa tujuan pendidikan adalah “penguasaan diri” sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia. Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang mamanusiawikan manusia. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Terlihat jelas bahwa Ki Hajar Dewantara ini sangat mementingkan sisi humanis dari manusia, dan derajat sisi humanis ini jauh lebih tinggi daripada sekedar membentuk manusia menjadi “tukang dengan keahlian yang tinggi”.
Lebih lanjut Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa “pengajaran” dan “pendidikan” adalah dua hal yang berbeda, tetapi harus bersinergis satu sama lain. Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan) dengan memberikan berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan meluaskan wawasan, sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan dan bermartabat) yang intinya membuat manusia sanggup mengangkat harkat dan martabatnya dalam kehidupan sosial bermasyarakat, bahkan dalam pergaulan internasional.

Mengenai metode pendidikan, Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan harus mampu menghasilkan peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh. Dengan demikian, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita betapa pentingnya peranan seorang pendidik, di mana harus mampu melakukan asih (mendidik dengan tulus), asah (selalu mengasah ilmu dan keterampilan anak didik), serta asuh (selalu memotivasi peserta didik untuk menjadi yang terbaik dan memegang teguh etika dan kebenaran).
Sejalan dengan Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan pendidikan nasional lainnya, Angku M. Sjafei, pendiri Perguruan INS Kayu Tanam di Sumatera Barat pada tahun 1930-an mengatakan bahwa dasar pendidikan haruslah berorentasi pada kecakapan hidup, dimana otak, raga dan kalbu merupakan tiga bagian anugerah Tuhan dalam tubuh manusia. Jika ketiga unsur ini bersinergi akan menghasilkan manusia yang utuh dalam menapaki hidup.
Angku M. Sjafei juga memberikan perhatian khusus kepada kemampuan gerak atau motorik yang harus dikembangkan sejak dini. Beliau mengatakan bahwa tangan-tangan mungil anak-anak yang terus bekerja aktif itulah yang akan mendorong kecerdasan mereka. Anak-anak harus dibawa pada keterampilan mengolah tanah liat, menggunting, serta merobek kertas. Pada anak-anak usia 0-8 tahun inilah terdapat penyempurnaan pertumbuhan tiap-tiap bagian tubuh sehingga juga mempengaruhi kejiwaan anak.
Ternyata, jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945, kedua tokoh pendidikan di atas sudah mampu meletakkan dasar filosofi pendidikan yang luar biasa. Sejatinya, setelah Indonesia merdeka, apa yang mereka cita-citakan sudah jauh lebih baik realisasinya. Inilah yang menjadi perenungan kita saat ini. Apakah sistem pendidikan kita sudah mampu menghasilkan generasi yang diidamkan oleh Ki Hajar Dewantara dan Angku M. Sjafei? Apakah kita sebagai insan pendidikan juga sudah memberikan yang terbaik untuk mencerdaskan kehidupan? …
Pendidikan adalah sesuatu yang harus berjalan apapun kondisinya … 

Indonesia B-I-S-A!


Haloooo,  lama ga nge-post dan kini saya kembali lagi di blog baru.
Oke buat yang belum kenal saya, nama saya Rhesa Victor Idelia dan kini siswa YP Unila kelas XII IPA.
Ada beberapa point tentang “Pendidikan” di Negara kita yang menurut saya sedikit complicated!-_-

Oke langsung saja, Beberapa hari yang lalu dunia pendidikan Indonesia dikejutkan dengan aksi tawuran antara sebuah SMA di Jakarta. Iya, memang beberapa orang menilai pendidikan di Negara kita memang sedang mengalami kemrosotan mental dan sikap yang sangat parah. Saya, akui bahwa pendidikan kita memang mengalami kemosrotan
Tapi, lupakah kita dengan “Prestasi-Prestasi luar biasa yang diberikan oleh para pelajar kepada Indonesia?” sayangnya media massa kita hanya fokus terhadap hal-hal yang berbau negaif. Kita ingat dulu beberapa banyak guru-guru kita yang dikirim ke Negara tetangga untuk dijadikan guru disana, hal ini sebagai pertanda bahwa alangkah maju nya pedidikan negeri ini pada eranya. Iya, saya akui mungkin “Negara Tetangga” tersebut memiliki standart pendidikan yang jauh lebih baik dari kita.  Tapi saya yakin kita bias mengambil kembali kejayaan tersebut.

Jangan pernah anggap remeh prestasi anak Indonesia, karena anak Indonesia adalah anak-anak yang berprestasi.
dan tahukah anda bahwa di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan satu-satu nya Negara dengan banyak prestasi olimpiade pendidikan.

Peserta yang mengikuti pada kompetisi ini tidak hanya diambil dari jalur Olompiade Sains Nasional tetapi juga melalui penelusuran sampai ketingkat pedesaan. Ada tes-tes standar, nominasi sekolah dan pisikotes.
Medali tersebut adalah total medali untuk jenjang SD dan SMP. Pada pemberitaan siswa SMP meraih masing-masing satu medali emas, perak dan perunggu. Dalam kompetisi tersebut Indonesia juga mendapat predikat terbaik sebagai the most friendship team.
Kita memang harus bangga dengan negara kita ini karena memang Indonesia mempunyai anak-anak yang berprestasi tidak hanya di negeri sendiri tetapi juga di dunia..

Sejumlah anak negeri mampu menorehkan prestasi gemilang di jagat global. Mereka sukses merentas karier di berbagai ranah, bahkan menjadi leader di berbagai institusi besar dunia. Bagaimana mereka menggapainya? 
Dibanding jumlah penduduk yang menurut data Badan Pusat Statistik mencapai 231 juta orang, anak bangsa yang sukses bersaing di pentas global memang ibarat sebuah noktah. Toh, kiprah mereka di kancah internasional menunjukkan bahwa sejatinya kemampuan sumber daya manusia kita tidak kalah dari bangsa lain. Pasalnya, mereka bukan sekadar bekerja. Mereka memegang posisi strategis, tokoh kunci, dan decision maker di perusahaan papan atas, perguruan tinggi ataupun lembaga riset prestisius. Mereka telah menjadi bagian dari pusaran eksekutif global yang berkarier melintasi batas-batas negara.

Saya bingung dengan pandangan masyarakat kita sendiri yang tidak yakin dengan kemampuan bangsanya sendiri. Perkembangan Negara ini baik di segala aspek terutama pendidikan, tergantung dari warga Negara Indonesia itu sendiri.

Jadi, kalau bukan kita siapa lagi?

Dan buat kamu anak bangsa Indonesia, jangan takut untuk mengeluarkan bakatmu. Karena anak-anak Indonesia itu banyak yang pintar. Buktinya aja kita bisa meraih banyak prestasi, baik itu sport, olimpiade, dll.
GO INDONESIA!!!!!









Add caption